Latest News

Friday, 12 December 2014

Banjaran Cerita Pandhawa (22) - Perkawinan Arjuna dengan Ulupi

Dewa dan Dewi Asmara senantiasa bercengkerama
pada saat dua hati bersatu
(karya Herjaka HS 2009)
Prabu Duryodana dihadap oleh Resi Kumbayana dan Patih Sengkuni. Raja ingin mengawinkan Dursasana, dan membicarakan berita sayembara di pertapaan Yasarata. Barangsiapa bisa mengalahkan Wasi Anantasena murid Begawan Kanwa, boleh memperisteri Endhang Ulupi. Mereka yang hadir setuju, Adipati Karna dan Jayadrata diangkat menjadi utusan. Raja masuk ke istana, memberi kabar kepada permaisuri tentang rencana pencarian jodoh untuk Dursasana. Patih Sengkuni, Adipati Karna, Jayadrata, Kartamarma, Durmagati, Citraksa, Citraksi bersama perajurit menuju Yasarata.
Bathara Durga dihadap Dewa Srani dan Patih Endra Madhendha. Dewa Srani minta ijin mengikuti sayembara ke Yasarata untuk memperoleh Endhang Ulupi. Bathari Durga merestuinya. Kala Prakempa, Kala Pralemba dan Kala Kathaksini disuruh mengawal kepergian Dewa Srani.
Arjuna menghadap Hyang Kamajaya dan Dewi Ratih di Cakrakembang. Arjuna mengatakan kesedihannya, sebab telah sampai waktu janji menyambut Dewi Hagraini. Ia tidak dapat menemukan dan lebih baik mati. Hyang Kamajaya berkata, bahwa Hagraini telah menjelma di Yasarata. Arjuna minta diri pergi ke Yasarata. Perjalanan Arjuna dicegat raksasa dari Tunggulmalaya. Raksasa mati dipanah Arjuna.
Bagawan Kanwa dihadap oleh Cantrik Anantasena. Tengah mereka berbincang-bincang, datanglah Cantrik Danawilapa, memberitahu kedatangan Adipati Karna dan keluarga Korawa. Mereka ingin mengikuti sayembara. Cantrik Anantasena keluar menemui Adipati Karna. Adipati Karna menyatakan ingin mengikuti Sayembara. Anantasena tidak mengijinkannya. Adipati Karna marah, lalu menyuruh perajurit Korawa mengeroyok Anantasena. Anantasena memanahkan Bayuastra. Perajurit Korawa terbawa angin, kembali ke Ngastina.
Prabu Kresna dihadap oleh Samba, Setyaki, Setyaka dan Udawa. Prabu Kresna ingin mencari keluarga Pandhawa lalu pergi dari Dwarawati.
Bagawan Abyasa berbincang-bincang dengan Prabu Yudisthira, Wrekodara, Nakula dan Sadewa. Prabu Yudisthira menanyakan Arjuna. Bagawan Abyasa menjawab, bahwa Arjuna berada di pertapaan Yasarata. Prabu Yudisthira dan adik-adiknya disuruh menyusul ke Yasarata.
Prabu Dewa Srani, raja Tunggulmalaya datang di pertapaan Yasarata, melamar Endhang Ulupi. Anantasena tidak mengijinkan, lalu terjadi perkelahian, mengadu kesaktian. Prabu Dewa Srani terbawa arus panah angin Bayuastra, jatuh di negara Tunggulmalaya. Arjuna datang ke pertapaan Yasarata, berkata kepada Begawan Kanwa, ia ingin ikut sayembara. Sang Begawan membebaskan Arjuna dari Sayembara, Endhang Ulupi akan diserahkan kepadanya. Arjuna ingin melawan Anantasena, bila kalah ia tidak ingin memboyong Endhang Ulupi. Sang Begawan menyerahkan permasalahan kepada Anantasena. Arjuna berhasil mengalahkan Anantasena, maka Endhang Ulupi akan diboyong.
Prabu Yudisthira, Wrekodara, Nakula dan Sadewa berhenti di tengah hutan. Kresna melihat dari angkasa, lalu turun mendekatinya. Mereka menyatakan kerinduannya dan inging mencari Sadewa. Prabu Yudisthira memberitahu, bahwa Arjuna berada di Yasarata. Mereka bersama-sama menuju ke Yasarata.
Bathari Durga menolong Dewa Srani yang jatuh terlempar angin kencang. Setelah tahu masalahnya, Bathari Durga menyuruh Patih Yaksa pergi ke Yasarata, membunuh Arjuna dan menculik Endhang Ulupi. Patih Yaksa segera berangkat ke Yasarata.
Prabu Kresna tiba di pertapaan Yasarata. Bagawan Kanwa sedang bersiap-siap merayakan perkawinan Arjuna dengan Endhang Ulupi. Sang bagawan amat senang. Prabu Kresna dan Yudisthira diminta melangsungkan upacara perkawinan.
Tengah persiapan perayaan, Patih Yaksa datang dan menyerang pertapaan. Prabu Kresna menugaskan Wrekodara dan Anantasena melawan serangan musuh. Patih Yaksa mati oleh Wrekodara, sedangkan perajurit raksasa musnah oleh Anantasena, Nakula dan Sadewa.
Pertapaan Yasarata telah aman, pesta perkawinan dilaksanakan oleh Prabu Kresna, para Pandhawa dan anggota keluarga di pertapaan Yasarata.
R.S. Subalidinata.
Mangkunagara VII Jilid XVIII, 1932: 14-19

No comments:

Post a Comment

Tags

Recent Post