Revolusi teknologi seharusnya tidak menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi.
Anis Efizudin /AntaraFoto/ICom/AM IMF-WBG
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, bersama CEO Bill and Melinda Gates Foundation, Melinda Gates, percaya bahwa teknologi adalah cara baru untuk meningkatkan kesejahteraan bagi banyak orang.
Dalam forum disukusi bertajuk Policies for Harnessing Technology for Growth di Nusa Dua, Bali, Kamis (11/10/2018), Gates melihat Indonesia menjadi salah satu negara yang mampu memanfaatkan perkembangan teknologi.
Salah satu indikator yang diliriknya adalah kehadiran layanan transportasi berbasis aplikasi Go-Jek. Menurutnya, keberadaan perusahaan yang kini berstatus unicorn—bervaluasi lebih dari $1 miliar Amerika Serikat (AS)--itu mampu membawa pengaruh yang sangat luar biasa bukan hanya bagi pelaku bisnis tapi juga masyarakat menengah ke bawah.
“Kami sangat senang berbicara dengan Go-Jek, tidak hanya pengemudi..tapi juga pedagang. Peluang dari transformasi digital ini sangat menjanjikan,” sebut istri dari Bill Gates ini.
Dalam pemikirannya, kemajuan teknologi ternyata mampu mendorong perubahan struktural dalam perekonomian dan bahkan mampu menciptakan efisiensi serta peluang baru pada ekonomi global.
Peluang ini seharusnya bisa dimanfaatkan pemerintah, khususnya negara-negara berkembang seperti Indonesia, untuk mencari sumber-sumber baik pemasukan maupun penyaluran pembiayaan bagi masyarakat.
Di sisi lain, sebagai bagian dari pembuat kebijakan, Sri Mulyani mengakui tak mudah untuk mengatasi disrupsi teknologi yang tak jarang berbenturan dengan regulasi yang ada.
“Tantangan terbesar pemerintah saat ini adalah membuat peraturan yang mampu merangkul hal ini semua,” sambung Sri Mulyani.
Namun, hal ini tak mengartikan Indonesia resisten terhadap era baru ini. Sebab, di Indonesia teknologi digital telah berhasil membuktikan kemampuannya untuk menghubungkan sektor informal dengan sektor ekonomi formal
Tak ayal, dirinya terus mendorong pemerintah di Indonesia maupun negara-negara di kawasan untuk memulai diskusi tentang pemberdayaan teknologi serta menyusun strategi untuk mengkapitalisasi disrupsi yang terjadi.
“Kami tidak ingin mengorbankan manusia untuk teknologi. Negara ini masih dalam kategori pendapatan menengah dan kita sudah punya unicorn yang cukup mapan, ini kesempatan untuk memanjat teknologi dan menciptakan kesempatan,” tutur mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini.
Sri Mulyani menekankan, jika seluruh pemangku kepentingan mampu bekerja sama mengatasi eksklusivitas teknologi dan ketaksetaraan digital, maka bukan tak mungkin pertumbuhan ekonomi inklusif akan terdorong.
Pemerintah, di samping itu, memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan tidak ada masyarakat yang tertinggal serta penetrasi teknologi bermanfaat dalam meningkatkan layanan pendidikan dan kesehatan.
"Dengan 3 miliar jiwa yang diprediksi akan tetap offline pada tahun 2023 dan semakin banyak lagi yang gagal memperoleh potensi dari internet secara penuh, pendekatan bisnis yang biasa tidak akan mampu menjangkau orang-orang yang termarjinalkan itu," tegasnya.
Menyisir data International Telecommunication Union (ITU) tentang ICT Development Index (IDI) 2016 diketahui, indeks pembangunan pada bidang teknologi di Indonesia sebesar 3,86. Poin tersebut membawa Indonesia pada peringkat 115 dari 175 negara di dunia.
Di Asia Tenggara, peringkat Indonesia ada di bawah Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, Vietnam, dan Filipina.
Tiga kelompok penilaian terdiri dari sejumlah indikator di antaranya kesiapan akses infrastruktur teknologi informasi, intensitas penggunaan teknologi, serta kemampuan dan keahlian menggunakan teknologi informasi.
https://beritagar.id/artikel/berita/melinda-gates-dan-sri-mulyani-satu-suara-soal-teknologi