Latest News

Sunday 1 May 2016

SURO


Kirab Pusaka Karaton Surakarta Kirap pusaka Karaton adalah tatacara Karaton Surakarta Hadiningrat yang dilaksanakan secara tetap pada setiap malam menjelang tanggal 1 Sura Tahun Baru Jawa, yang dimulai kira-kira jam 12 malam sampai kira-kira jam 4 pagi. Kirap pusaka Karaton berupa pawai atau arak-arakan beberapa pusaka Karaton Surakarta Hadiningrat yang memiliki daya magis atau daya prabawa yang dipercaya mengandung daya ampuh, kasakten. Pusaka-pusaka yang dikirapkan tersebut adalah peninggalan dari jaman Karaton Majapahit atau jaman sebelumnya. Oleh karena itu pusaka-pusaka tersebut memiliki sejarah, disamping memiliki daya prabawa (magis) ampuh, daya keramat atau sakral serta dilaksanakan pada waktu tertentu, tidak berubah waktunya dan dilangsungkan secara turun-temurun.
 
Tata urutan sebelum pusaka diirabkan, yakni pertama kali pusaka yang hendak dikirabkan diambil dari kamar pusaka yang berada di Dalem Agung Prabasuyasa. Beberapa pusaka mulai dikeluarkan dari kamar pusaka yang dibawa oleh abdi dalem atau petugas yang ditunjuk oleh ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Paku Buwana XII, selanjutnya pusaka-pusaka dibawa ke parasdya, di parasdya diadakan penentuan siapa saja yang diwajibkan membawa pusaka-pusaka yang akan dikirabkan adalah para putra santana dalem dan para abdi dalem yang memang sudah didawuhkan utuk berada di parasdya. Diparasdya pusaka-pusaka diterima oleh pangagenging putra sentana dalem dan kerabatnya pusaka-pusaka itu dipimpin oleh pangagenging Putra Sentana Dalem, sampai pusaka itu kembali ke karaton. Sesampainya kembali ke karaton, kira-kira jam 4 pagi, pusaka-pusaka diterima oleh Ingkang Sinuhun di parasdya Agung Sasanasewaka, untuk seterusnya dimasukkan kedalam kamar pusaka di Dalem Agung Prabasuyasa.
Sebelum kirab pusaka dimulai diadakan sesaji “Murwah Warsa” di Karaton Surakarta. Yang diberi Tugas atau yang diinginkan datang :

a. Putra-putri dalem, Pangeran Santana Abdidalem Santana Riya-Nginggil dengan isteri/suaminya.
b. Putra dalem yang belum menerima sebutan Pangeran.
c. Priyantun-priyantun dalem.
d. Abdi dalem Bupati yang berpangkat Riya nginngil yang disebut KRMH, KRH, KRMHT dan Abdi dalem Bupati/Bupati Anom termasuk Anom-Anom bersama isteri/suaminya.
e. Abdi Dalem Sentana Riya Ngandhap dan panji beserta isteri/suaminya.
f. Abdi dalem panewu Mantri termasuk Anon-anon ke bawah danabdi dalem Estri yang bertugas mengikuti kirab.
g. Warga paguyuban Mekar Budaya, Trah-trah ing Salatiga, Paguyuban Trah Kadilangu
h. Paguyuban/keluarga Pa.Ka.Sa.
i. Pakuyuban yang lain yang berkeinginan dan diijinkan ikut kirab.
j. Bagi yang tidak diberi tugas juga dipperkenankan untuk ikut kirab, sedangkan yang tidak ikut kirab kembali ke paningrat lagi.
 
Adapun rute yang dilalui menuju Alun-Alun Utara, Gladag, Sangkrah, Jalan Pasar Kliwon, Gading, Gemblegan, terus ke Nonongan, ke jalan Slamet Riyadi, ke arah timur menuju Gladag lagi, masuk ke alun-alun utara, menuju ke Kamandungan terus masuk ke Karaton lagi kira-kira sudah jam 4 pagi. Arah kirab pusaka melalui jalan-jalan tersebut yakni jalan yang mengelilingi Karaton Surakarta, dengan arah “Pradaksina” artinya Karaton selalu berada disebelah “Kanannya” kirab artinya pada saat kirab berlangsung rakyat menunggu sejak jam 9 malam , dan sepanjang jalan tersebut dipadati oleh manusia yang berasal dari wilayah Kodya maupun penduduk wilayah Dati II sekitarnya (Sukoharjo, Boyolali, Sragen, Wonogiri, Karanganyar, Grobogan) yang tak terbilang jumlahnya.
 
Dalam pelaksanaannya kirab yang ada di depan yaitu Kebo Bule Kyai Slamet sebagai Cucuking Lampah. Kyai Slamet sebenarnya nama pusaka yang berwujud tombak sedangkan “Kebo Bule” merupakan “Emban”dari pusaka tersebut namun sekarang Kebo Bule tersebut lazim orang menyebutnya “Kyai Slamet”. Kebo Bule merupakan hewan kesayangan Susuhunan yang sejak dulu kala dipelihara dan anak beranak hingga jumlahnya sekarang enam dikalangan karaton / masyarakat dianggap hewan “Karamat”. Barisan kirab pusaka ini diadakan oleh barisan sekelompok Kebo Bule Kyai Slamet, jadi sekelompok Kebo Bule Kyai Slamet menjadi “Cucuking Lampah” kirab, baru dibelakang Kebo Bule Kyai Slamet barisan para pembawa pusaka-pusaka yang terdiri para putra Santana dalem. Santana Dalem lainnya, para abdi dalem dan mereka barisan Pa.Ka.Sa (Perkumpulan Kerabat Surakarta), semua yang mengikuti kirab mengenakan “samir” dengan mengenakan untaian bunga melati di telinganya kiri bagi pembawa pusaka-piusaka tersebut yang namanya gajah ngoling.
 
Pada jaman Karaton Majapahit setiap tahunannya diadakan hajat nagari yang disebut “Wilujengan Nagari” atau mohon keselamatan negara, oleh para raja Majapahit, yang lazim disebut “Murwa Warsa” Selametan negara ini disebut “Rajawedha” setelah Majapahit runtuh Karaton Jawa pindah ke Demak Jawa Tengah. Demak tetap melaksanakan selamatan “Rajawedha” meskipun Demak telah menganut agama Islam, pola jaman Karaon Demak, selamatan dan sesaji Rajawedha ini terdiri dari atas bermacam-macam daging Mahesa (kerbau) sehingga nama sesaji Rajawedha tersebut berganti nama “Mahesa Lawung” selametan atau sesaji Mahesa Lawung diselenggarakan dibulan Krendhawahana, sebelah utara Surakarta atas petunjuk Sunan Kalijaga.
 
Pada masa pemerintahan Susuhunan Paku Buwana X, selametan Mahesa Lawung tadi ditambah kirab pusaka Kangjeng Kyai Slame, pada setiap malam Jumat dan malam Selasa Kliwon mengelilingi Baluwarti bagian dalam. Sementara sesaji tetap dilaksanakan di dalam kedhaton. Akan tetapi pada masa pemerintahan Susuhunan Paku Buwana XI (1939 – 1945). Kantor Surakarta tidak menyelenggarakan selametan Mahesa lawung dan juga tidak melaksanakan kirab pusaka lagi dan juga Mahesa Lawung, namun semula kirab kirab pusaka Kangjeng Kyai Slamet hanya mengelilingi Baluwarti bagian dalam kira-kira tahun 1964. Susuhunan Paku Buwana XII memerintahkan agar kirab pasuka mengelilingi rute yang lebih panjang dan lebih lama, dengan rute seperti tersebut di atas.
 
Kirab pusaka ini bersifat sakral Suci atau ritus pusaka-pusaka yang dikirabkan adalah berpredikat “Kangjeng Kyai” artinya dipercaya memiliki daya prabawa, ampuh, magis. Dengan kekuatan daya prabawa yang tinggi itu bisa memancarkan daya “keselamatan”, kesejahteraan, dan keberkahan” kepercayaan akan pusaka-pusaka yang memiliki daya magis tinggi itu merupakan manisfestasi “kebudayaan Karaton” yang disebut “Uwoh pangolahing budi” atau “pamesu budi” yang selalu berhubungan dengan yang Maha Ghaib atau Tuhan Yang Maha Esa. Ciri khas adat Karaton yakni selalu berhubungan dengan kepercayaan dan mengenal adanya pepundhen salah satu diantaranya yakni pusaka Karaton.
 
Berdasarkan wewarah atau ajaran Susuhunan Paku Buwana IX, bahwa sebenarnya yang disebut budaya, itu sama dengan pusaka “Pusaka Kedhaton” apabila pusaka ini dihormati di junjung tinggi atau dihargai akan mendapatkan “keberkahan” memberi berkah. Namun sebaliknya kalau pusaka tadi di sia-sia, yakni terlantarkan/direndahkan atau tidak dilestarikan akan menimbulkan keadaan yang tidak mengenakkna atau tidak menyenangkan yang disebut “halad”.
 
Makna atau intisari kirab pusaka adalah penyebaran “daya magis” pusaka-pusaka yang dikirabkan untuk keselamatan dan kesejahteraan Karaton dalam Surakarta Hadiningrat, bangsa, dan negara Indonesia. Magis menurut istilah Karaton, sama dengan “daya prabawa” artinya daya kekuatan yang tak tampak, yang “terkasad mata” yang tampak hanya benda yang berwujud. Adapun yang dimaksud pusaka adalah benda apa saja bentuk dan wujudnya, tetapi yang dianggap mengandung “daya magis” (daya prabawa) atau memiliki daya keramat (sakral). Kirab pusaka sebagai tatacara adat pada malam menjelang Sura tahun baru Jawa, intinya bukan pameran senjata kuno, akan tetapi cara memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa akan Rahmatnya agar daya magis pusaka-pusaka yang dikirabkan tadi membawa keselamatan, kesejahteraan dan berkah bagi Karaton Surakarta, bangsa dan negara Indonesia seisinya.
 
Untuk menjaga kekhitmatan, mereka yang mewajibkan ngampil pusaka dan juga yang mengikuti kirab, tidak diperkenankan berbicara, bersenda gurau, merokok dan sebagainya, karena intinya kirab adalah mohon kepada Tuhan, maka dalam suasana kirab hendaknya diliputi suasana hening, tidak berbicara.

 

TIRAKAT


DALAM episode perjalanan mencari kesejatian hidup, Bima harus melawan rintangan berupa raksasa besar Rukmana Rukmakala dan seekor ular ganas di pantai selatan. Setelah pergulatan yang menegangkan, warrior itu (Bima) menang dan meraih kesejatian hidup saat bertemu Dewaruci yang membawanya pada suasana mistis yang tak terbayangkan sebelumnya.
Kisah singkat ini merupakan ilustrasi ajaran etika yang menggambarkan keharusan prihatin dan berjuang tanpa lelah untuk mencapai tujuan hidup yang luhur. Hanya orang-orang yang punya ketulusan (sincerity), kejujuran (honesty), dan loyalitas pada cita-cita yang dapat berhasil sampai pada terminal akhir berupa "kesatuan" dengan Realitas Mutlak, yaitu Gusti Allah. Yang lain mungkin hanya sampai di subterminal dan tak tahu tujuan berikutnya atau bahkan tersesat di tengah jalan lalu menjadi gelandangan.

Terlalu filosofis memang, sehingga orang yang hanyut dalam euforia reformasi menjadi tidak mudheng, terutama kalangan yang suka pragmatis dan kadang-kadang terlihat tolol menyikapi keadaan secara instan saat ini dan di sini (here and now). Kekinian dan kedisinian inilah yang sering kali menelikung manusia melalui tindakan serba-ad hoc disertai nafsu yang semakin menjauhkannya dari hidup hakiki. Atas nama paradigma kekinian, segalanya akan diukur menurut kepraktisan dan manfaatnya bagi kesejahteraan banyak orang, makanya bom di Legian itu amat sangat menyakiti perasaan siapa saja yang masih menginginkan indahnya hidup yang layak dinikmati. Siapa pelakunya dan orang yang memiliki kaitan dengannya, akan diburu terus sampai ke liang kubur meskipun pekerjaan ini laksana mencari jarum jatuh di tumpukan jerami.

Kisah Bima yang diindikasikan telah muncul sebelum islamisasi Nusantara ini, pada hakikatnya tidak jauh berbeda dari perjalanan spiritual pencari hakikat (salik) dalam dunia tasawuf menghadapi godaan dan rayuan yang harus diatasi dengan riyadah atau latihan rohani dan tirakat atau menahan nafsu. Keduanya dilakukan dengan jalan puasa yang hakikatnya adalah menahan diri dari dorongan nafsu menuju kejernihan batin dalam rangka meraih kemenangan saat Idul Fitri nanti. Jadi yang berlaku memang logika gentlemen yang ambisius untuk menang seperti Napoleon dengan jargonnya yang terkenal itu (vini vidi vici), bukan logika persepakbolaan nasional yang selalu bilang kalah menang soal biasa. Maka kemenangan merupakan buah dari kesungguhan dalam tirakat dan riyadah, bukan hadiah dari pak ustaz atau kiai.

Tirakat itu hakikatnya adalah kesadaran dan kesengajaan untuk bersusah payah atau sebuah perlawanan terhadap dorongan batin (desire) yang lazim ada dalam berbagai kehidupan spiritual. Jika orang ingin mencapai keunggulan batin seperti Panembahan Senapati di Mataram, maka diperlukan perlawanan terhadap nafsu (kapati amarsudi, sudaning hawa lan nepsu). Atau sikap Yudistira yang tidak kumanthil (terikat) pada apa saja yang dimilikinya karena hakikat hidup hanyalah sebuah titipan yang harus dipelihara dengan baik, demikian juga harta (nyawa gadhuhan, bandha sampiran) yang harus dipelihara dalam waktu sekejap (saderma mampir ngombe). Diperlukan kesadaran penuh (jasmani dan rohani) supaya tidak menjadi orang plinplan esuk tempe sore dhele dan ngibulin Gusti Allah.

Fragmen kehidupan orang Jawa yang semestinya banyak berisi tirakat rupanya sedang mengalami pergeseran ke arah perilaku hedonis yang mengedepankan hedone (kenikmatan ragawi) sebagai ukuran idealitas yang harus dikejar. Pimpro harus memperoleh bagian dari pelaksanaan proyek meskipun mengurangi kualitas, legislatif lebih banyak mengedepankan performance (sinyalemen Nurcholish Madjid, Senayan sudah menjelma menjadi show room mobil mewah), wong cilik mengedepankan eksploitasi "ketertindasan" mereka sehingga cepat marah dan main geruduk atas nama rakyat tertindas. Kiai pun mulai menyukai gemerlapannya hidup yang berlawanan dengan pesan-pesan ilmu hakikat. Pendulum jam itu telah berayun dan gerak kebudayaan tak akan kembali ke masa silam hingga diperlukan kesadaran akan zaman yang sudah edan supaya orang arif tidak ikut-ikutan ngedan melainkan untuk jadi eling lawan waspada.

Nah, sikap Kirun dan Waldjinah, yang tak mau melayani order (tanggapan) selama Ramadan, boleh jadi merupakan contoh manusia Jawa melihat diri sendiri melalui tirakat. Mereka tak tergoda uang honorarium, sebaliknya malah menghabiskannya untuk menjamu buka puasa dan tarawih. Namun, boleh jadi mereka masih menjadi pemenang musiman saja, karena setelah lebaran order akan makin seru dan popularitas semakin melejit sebagaimana layaknya dunia selebritas. Meniru perilaku Bima atau Kanjeng Nabi, bagi sebagian orang Jawa boleh jadi laksana mengejar bayangan karena mereka terlalu tinggi untuk digapai seperti ungkapan Mangkunagara IV dalam Serat Wedhatama: "lamun sira paksa nulad tuladhaning Kanjeng Nabi, O, ngger kadohan panjangkah" (kalau kalian memaksa diri mengikuti keteladanan Kanjeng Nabi, maka akan terlalu jauh langkahmu).

Karena itu, sering kali tirakat menjadi sebuah "jeda kemanusiaan" yang harus dilakukan susah payah seperti puasa seharian tetapi akan dibayar lunas manakala beduk magrib tiba, bahkan sering berlebihan sehingga makan sampai kemlekaren (terlalu penuh) dan menyergap istri sebelum habis menghitung tasbih. Lalu siapa yang paling beruntung ketika laku tirakat selama puasa itu selesai? Tidak ada seorang pun yang dapat memberikan jaminan termasuk para narasumber di televisi yang ngomong hingga mulutnya berbusa-busa itu itu. Wallahu a'lam bissawab. (72c)


Oleh Abdul Djamil



KODE NEGARA SELURUH DUNIA

Afghanistan
93
 
Chatham Island (New Zealand)
64
Albania
355
 
Chile
56
Algeria
213
 
China (PRC)
86
American Samoa
+1-684
 
Christmas Island
61
Andorra
376
 
Cocos-Keeling Islands
61
Angola
244
 
Colombia
57
Anguilla
+1-264
 
Comoros
269
Antigua
+1-268
 
Congo
242
Argentina
54
 
Congo
 Dem. Rep. of (Zaire)
Armenia
374
 
Cook Islands
682
Aruba
297
 
Costa Rica
506
Ascension
247
 
Côte d’Ivoire (Ivory Coast)
225
Australia
61
 
Croatia
385
Australian External Territories
672
 
Cuba
53
Austria
43
 
Cuba (Guantanamo Bay)
5399
Azerbaijan
994
 
Curaçao
599
Bahamas
+1-242
 
Cyprus
357
Bahrain
973
 
Czech Republic
420
Bangladesh
880
 
Denmark
45
Barbados
+1-246
 
Diego Garcia
246
Barbuda
+1-268
 
Djibouti
253
Belarus
375
 
Dominica
+1-767*
Belgium
32
 
Dominican Republic
+1-809
Belize
501
 
Dominican Republic
+1-829
Benin
229
 
East Timor
670
Bermuda
+1-441
 
Easter Island
56
Bhutan
975
 
Ecuador
593
Bolivia
591
 
Egypt
20
Bosnia & Herzegovina
387
 
El Salvador
503
Botswana
267
 
Ellipso (Mobile Satellite service)
17625
Brazil
55
 
EMSAT (Mobile Satellite service)
88213
British Virgin Islands
+1-284
 
Equatorial Guinea
240
Brunei Darussalam
673
 
Eritrea
291
Bulgaria
359
 
Estonia
372
Burkina Faso
226
 
Ethiopia
251
Burundi
257
 
Falkland Islands (Malvinas)
500
Cambodia
855
 
Faroe Islands
298
Cameroon
237
 
Fiji Islands
679
Canada
1
 
Finland
358
Cape Verde Islands
238
 
France
33
Cayman Islands
+1-345
 
French Antilles
596
Central African Republic
236
 
French Guiana
594
Chad
235
 
French Polynesia
689
Gabonese Republic
241
 
Kiribati
686
Gambia
220
 
Korea (North)
850
Georgia
995
 
Korea (South)
82
Germany
49
 
Kuwait
965
Ghana
233
 
Kyrgyz Republic
996
Gibraltar
350
 
Laos
856
Global Mobile Satellite System (GMSS)
881
 
Latvia
371
Globalstar
8818-8819
 
Lebanon
961
Globalstar (Mobile Satellite Service)
17637
 
Lesotho
266
Greece
30
 
Liberia
231
Greenland
299
 
Libya
218
Grenada
+1-473
 
Liechtenstein
423
Guadeloupe
590
 
Lithuania
370
Guam
+1-671
 
Luxembourg
352
Guantanamo Bay
399
 
Macao
853
Guatemala
502
 
Madagascar
261
Guinea-Bissau
245
 
Malawi
265
Guinea
224
 
Malaysia
60
Guyana
592
 
Maldives
960
Haiti
509
 
Mali Republic
223
Honduras
504
 
Malta
356
Hong Kong
852
 
Marshall Islands
692
Hungary
36
 
Martinique
596
ICO Global (Mobile Satellite Service)
17621
 
Mauritania
222
Iceland
354
 
Mauritius
230
India
91
 
Mayotte Island
262
Indonesia
62
 
Mexico
52
Inmarsat (Atlantic Ocean – East)
871
 
Micronesia  (Federal States of)
691
Inmarsat (Atlantic Ocean – West)
874
 
Midway Island
+1-808*
Inmarsat (Indian Ocean)
873
 
Moldova
373
Inmarsat (Pacific Ocean)
872
 
Monaco
377
International Freephone Service
800
 
Mongolia
976
International Shared Cost Service (ISCS)
808
 
Montenegro
382
Iran
98
 
Montserrat
+1-664*
Iraq
964
 
Morocco
212
Ireland
353
 
Mozambique
258
Iridium (Mobile Satellite service)
8816
 
Myanmar
95
Iridium (Mobile Satellite service)
8817
 
Namibia
264
Israel
972
 
Nauru
674
Italy
39
 
Nepal
977
Jamaica +1-876*
 
 
Netherlands
31
Japan
81
 
Netherlands Antilles
599
Jordan
962
 
Nevis +1-869*
 
Kazakhstan
7
 
New Caledonia
687
Kenya
254
 
New Zealand
64
Nicaragua
505
 
Sri Lanka
94
Niger
227
 
Sudan
249
Nigeria
234
 
Suriname
597
Niue
683
 
Swaziland
268
Norfolk Island
672
 
Sweden
46
Northern Marianas Islands
+1-670*
 
Switzerland
41
Norway
47
 
Syria
963
Oman
968
 
Taiwan
886
Pakistan
92
 
Tajikistan
992
Palau
680
 
Tanzania
255
Palestine
970
 
Thailand
66
Panama
507
 
Thuraya (Mobile Satellite service)
88216
Papua New Guinea
675
 
Timor Leste
670
Paraguay
595
 
Togolese Republic
228
Peru
51
 
Tokelau
690
Philippines
63
 
Tonga Islands
676
Poland
48
 
Trinidad & Tobago
+1-868
Portugal
351
 
Tunisia
216
Puerto Rico
 +1-787
 
Turkey
90
Puerto Rico +1-787* or +1-939*
1-939
 
Turkmenistan
993
Qatar
974
 
Turks and Caicos Islands
 +1-649
Réunion Island
262
 
Tuvalu
688
Romania
40
 
Uganda
256
Russia
7
 
Ukraine
380
Rwandese Republic
250
 
United Arab Emirates
971
St. Helena
290
 
United Kingdom
44
St. Kitts/Nevis
+1-869
 
United States of America
1
St. Lucia
+1-758
 
US Virgin Islands
+1-340
St. Pierre & Miquelon
508
 
Universal Personal Telecommunications (UPT)
878
St. Vincent & Grenadines
+1-784
 
Uruguay
598
Samoa
685
 
Uzbekistan
998
San Marino
378
 
Vanuatu
678
São Tomé and Principe
239
 
Vatican City
 '+39-379
Saudi Arabia
966
 
Venezuela
58
Senegal
221
 
Vietnam
84
Serbia
381
 
Wake Island
808
Seychelles Republic
248
 
Wallis and Futuna Islands
681
Sierra Leone
232
 
Yemen
967
Singapore
65
 
Zambia
260
Slovak Republic
421
 
Zanzibar
255
Slovenia
386
 
Zimbabwe
263
Solomon Islands
677
 
 
 
Somali Democratic Republic
252
 
 
 
South Africa
27
 
 
 
Spain
34
 
 
 
 

Tags

Recent Post