STATUS DESA - Nama Parigi belum diketahui berasal dari bahasa mana karena nama Parigi terdapat di beberapa darah di Indonesia. Selain Parigi Malino, juga nama Parigi ada di Kabupaten Bone, di Sulawesi Tengah dengan Kabupaten Mouton, dan juga ada di Jawa Barat. Apakah ada orang Parigi Malino yang pernah mengembara ke Bone, Sulawesi Tengah, dan Jawa Barat dan mengabadikan nama daerahnya dimana mereka berada, atau sebaliknya orang Parigi Mouton atau Jawa Barat datang ke Malino membentuk perkampungan atau memberi nama daerah itu dengan nama Parigi.
Walau Parigi belum diketahui asal mula bahasanya, tetapi dengan menganalisis kata Parigi, konotasi orang selalu tertuju pada gunung. Ini berarti Parigi identik dengan pegunungan. Menurut Hakim Dg. Bali, salah seorang tokoh masyarakat Parigi, nama Parigi itu gunung yang memanjang dan bentuknya tidak rata (bergerigi) dan dipotong dengan jurang yang dalam. Dalam bahasa Makassar disebut Apparigi.
Melihat bentuk gunung yang ada diperkampungan Parigi memang permukaannya tidak rata, seperti bergerigi, ada yang menjulang tinggi, juga ada yang pendek, sehingga warga Makassar yang tinggal di perkampungan itu menyebut Apparigi. Dari bentuk gunung Apparigi itulah, sehingga arga setempat memberi nama tempat tinggalnya dengan nama Kampung Parigi.
H. Abdul Rauf Daeng Nompo tokoh masyarakat Tinggimoncong bergelar Karaeng Parigi menjelaskan, sebelumnya, muncul nama Parigi, perkampungan di daerah Gunung Bawakaraeng disebut kampung Iraya artinya kampung yang ada di sebelah timur, Namun kemudian berubah nama, seiring dengan perkembangan penduduk yang mendiami Bulu (gunung) Parigi yang ada di wiliyah itu. Jadi nama Parigi itu diambil dari nama sebuah gunung di daerah Pegunungan Bawakaraeng. Dari kaki gunung Parigi itu dihuni oleh sekelompok masyarakat yang dipimpin kaum di perkampungan itu. Perkampungan itulah kemudian dikenal dengan nama Kampung Parigi.
Menurut Syarifuddin Dg. Tutu, salah seorang seniman Gowa, bahwa Parigi adalah sumber mata air yang berasal dari kaki Gunung. Di daerah pegunungan seperti Gunung Bawakaraeng, banyak terdapat sumber mata air, dan itulah yang disebut dengan Parigi. Setelah Parigi menjadi sebuah kerajaan di daerah pegunungan Bawakaraeng, maka warga sekitar, terutama Sinjai, Bantaeng, juga Bulukumba melakukan peladangan berpindah-pindah hingga akhirnya sampai ke daerah Parigi. Dari sanalah mereka mendapatkan lahan yang subur dan menetap disana, dan hingga kini sudah menjadi penduduk asli Parigi.
Nama Parigi di Kecamatan Tinggimoncong, dulu memang sebuah kerajaan dalam wilayah Kerajaan Gowa. Pada masa penjajahan Belanda, kerajaan kecil itu tetap diakui dan dipimpin oleh kaum pribumi setempat. Pemerintah adat seperti itu dalam Bahasa Belanda disebut Adat Gemeinschap. Pada awal kemerdekaan berubah menjadi distrik. Di wilayah itu, ada dua distrik yakni Distrik Parigi dan Distrik Pao. Setelah perbuhan distrik menjadi kecamatan, maka Distrik Parigi dilebur dengan Distrik Pao menjadi sebuah Kecamatan, yakni Kecamatan Tinggimoncong.
Walau Parigi dihapus dalam disrik atau kecamatan, tetapi namanya masih tetap melekat pada sebuah desa. Itulah sekarang menjadi Desa Parigi dalam wilayah Kecamatan Tinggimoncong. Setelah Pemekaran Kecamatan Tinggimoncong, maka bekas Distrik Pao juga menjadi sebuah Kecamatan, namanya Kecamatan Tombolo Pao. Juga Distri Parigi menjadi sebuah kecamatan dengan nama Kecamatan Parigi yang meliputi beberapa desa yakni, Desa Majannang, Desa Bilanrengi, Desa Manimbahoi, Desa Jonjo, dan Desa Sicini.
Sumber :
Buku Sejarah Parigi. Lembaga Kajian dan Penulisan Sejarah Budaya Sulawesi Selatan. 2014
Menurut Syarifuddin Dg. Tutu, salah seorang seniman Gowa, bahwa Parigi adalah sumber mata air yang berasal dari kaki Gunung. Di daerah pegunungan seperti Gunung Bawakaraeng, banyak terdapat sumber mata air, dan itulah yang disebut dengan Parigi. Setelah Parigi menjadi sebuah kerajaan di daerah pegunungan Bawakaraeng, maka warga sekitar, terutama Sinjai, Bantaeng, juga Bulukumba melakukan peladangan berpindah-pindah hingga akhirnya sampai ke daerah Parigi. Dari sanalah mereka mendapatkan lahan yang subur dan menetap disana, dan hingga kini sudah menjadi penduduk asli Parigi.
Nama Parigi di Kecamatan Tinggimoncong, dulu memang sebuah kerajaan dalam wilayah Kerajaan Gowa. Pada masa penjajahan Belanda, kerajaan kecil itu tetap diakui dan dipimpin oleh kaum pribumi setempat. Pemerintah adat seperti itu dalam Bahasa Belanda disebut Adat Gemeinschap. Pada awal kemerdekaan berubah menjadi distrik. Di wilayah itu, ada dua distrik yakni Distrik Parigi dan Distrik Pao. Setelah perbuhan distrik menjadi kecamatan, maka Distrik Parigi dilebur dengan Distrik Pao menjadi sebuah Kecamatan, yakni Kecamatan Tinggimoncong.
Walau Parigi dihapus dalam disrik atau kecamatan, tetapi namanya masih tetap melekat pada sebuah desa. Itulah sekarang menjadi Desa Parigi dalam wilayah Kecamatan Tinggimoncong. Setelah Pemekaran Kecamatan Tinggimoncong, maka bekas Distrik Pao juga menjadi sebuah Kecamatan, namanya Kecamatan Tombolo Pao. Juga Distri Parigi menjadi sebuah kecamatan dengan nama Kecamatan Parigi yang meliputi beberapa desa yakni, Desa Majannang, Desa Bilanrengi, Desa Manimbahoi, Desa Jonjo, dan Desa Sicini.
Sumber :
Buku Sejarah Parigi. Lembaga Kajian dan Penulisan Sejarah Budaya Sulawesi Selatan. 2014
No comments:
Post a Comment