Latest News

Friday 7 September 2018

Robert Wolter Monginsidi: Setia Sampai Akhir dalam Keyakinan

ROBERT WOLTER MONGINSIDI
Sebelum dieksekusi mati, Wolter Monginsidi sempat menuliskan beberapa puisi selama berada di dalam tahanan. Atas dakwaan Soumokil, Wolter Monginsidi yang dicap ekstrimis oleh pengadilan dijatuhi hukuman mati di hadapan regu tembak pada 5 September 1949. Wolter Monginsidi yang bercita-cita dapat sekolah setinggi-tingginya bukanlah seorang novelis. Wolter hanyalah seorang penyair di dalam tahanan. Di luar tahanan, dia adalah seorang gerilyawan yang rajin mencegat konvoi tentara Belanda di Makassar atau menyetromi rumah-rumah pejabat pro-Belanda.

"Setia sampai akhir dalam keyakinan". Itulah kalimat sakral yang dituliskan Wolter Monginsidi pada sobekan kertas yang diselipkan di sebuah Injil menjelang eksekusi matinya. Dia tidak gentar dan tetap setia dalam keyakinannya hingga penembak jitu menembaknya dalam sebuah upacara eksekusi mati.

Selama ditahan di penjara Belanda sebelum vonis matinya, Wolter Monginsidi beberapa kali berusaha melarikan diri. Ia pun pernah berhasil menghirup udara bebas, walaupun hanya selama sembilan hari. Namun, akhirnya ia tertangkap kembali dalam sebuah patroli oleh tentara Belanda di SMP Nasional.



Sebelum tertangkap, Wolter Monginsidi pernah memipin laskar perjuangan Harimau Indonesia dan Lipan Bedjeng di sekitar Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Mereka bergerilya melawan tentara Belanda. Perjuangan secara bergerilya itu ternyata cukup merepotkan tentara Belanda. Untuk mengatasi perlawanan itu, Belanda memberlakukan SOB (staat van oorlogen beleg atau status negara dalam keadaan darurat perang) pada 11 Desember 1946. Berdasarkan SOB ini, pasukan Depot Speciale Tropen yang dipimpin Westerling melakukan pembantaian massal.

Baca Juga : TAN MALAKA. Yang Hidup dan Menulis Dari Penjara ke Penjara

Pasca pemberlakuan SOB, perlawanan gerilya di Sulawesi Selatan berhasil diredam. Dan, Wolter Monginsidi berhasil ditangkap oleh tentara Belanda. Sementara, sebagian gerilyawan Sulawesi Selatan lainnya melarikan diri ke Jawa dan bergabung dengan tentara nasional. Mereka kembali ke kampung halaman setelah pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda pada 27 Desember 1949.

Aksi gerilya yang dilakukan Wolter Monginsidi membawanya keluar masuk penjara. Sejak di Makassar, Wolter Monginsidi tinggal jauh dari orang tuanya. Ia bertemu ayahnya kembali ketika akan dieksekusi mati oleh tentara Belanda. Demi ayahnya, Wolter Monginsidi menandatangani dengan terpaksa sebuah amnesti yang diminta ayahnya kepada petinggi Belanda. Amnesti itu menjadi sia-sia karena ditolak oleh petinggi Belanda di Makassar. Yang berlaku kemudian adalah tuntutan Soumokil yang meminta pengadilan untuk menghukum mati Wolter Monginsidi.

Satu kalimat paling populer  yang lahir dari wolter Monginsidi adalah "Setia sampai akhir dalam keyakinan". Sebuah kalimat pendek yang menunjukkan loyalitas kepada Republik Indonesia yang sedang berjuang memperhatikan kemerdekaan. Tiga kata pertama dari kalimat Wolter Monginsidi pun dijadikan semboyan kesatuan militer Komando Daerah Militer Wirabuana (sekarang Kodam XIV Hasanuddin) yang berkedudukan di Sulawesi Selatan.

Tulisan Wolter Monginsidi bukanlah tulisan seperti yang pernah ditulis Soekarno atau Hatta. Wolter lebih banyak menulis puisi, meski tidak sedahsyat puisi Chairil Anwar di masa revolusi kemerdekaan RI.

Bagi Wolter Monginsidi, mati itu indah. Wolter Monginsidi adalah orang yang beruntung, meskipun ia mati muda (dalam usia 24 tahun). Ia meninggalkan pesan kepada generasi penerus melalui puisi yang ditulisnya di dalam penjara. Seperti Soe Hok Gie, Wolter Monginsidi adalah manusia yang hidup bebas meskipun hidup di penjara dan mati muda.

No comments:

Post a Comment

Tags

Recent Post