Latest News

Friday, 12 December 2014

Banjaran Cerita Pandhawa (24) - Arjuna Papa

Setelah Gathotkaca membantu Abimanyu memusnahkan raksasa yang menghadang jalan,
sebelum melanjutkan perjalan ke Ngastina, mereka bersama keempat panakawan
beristirahat sejenak di pinggiran hutan. (karya Herjaka HS, JB 2005)
Prabu Duryodana raja Ngastina duduk di atas singhasana, dihadap oleh pendeta Durna, Patih Sakuni, Dursasana, Kartamarma, Durmagati, Citraksa dan Xitraksi. Pada pisowanan tersebut Patih Sakuni melapor, bahwa Arjuna telah mati dan jenasahnya dihanyutkan ke samodera. Prabu Duryodana sedikit sedih memikirkan kematian Arjuna. Tetapi selanjutnya menyerahkan kebijaksanaan pendeta Durna tentang kemusnahan Pandhawa. Pendeta Durna dan Patih Sakuni menjunjung perintah raja Duryodanan. Kemudian pertemuan segera bubar.
Prabu Duryodana masuk ke istana menemui permaisuri Dewi Banowati yang sedang bersedih memikirkan kematian Arjuna. Raja Duryodana meminta agar sang permaisuri tidak bersedih memikirkan kematian Arjuna. Raja dan permaisuri lalu bersamadi.
Sehubungan dengan perintah raja Duryodana yang menginginkan musnahnya Pandhawa, Pendeta Durna, Patih Sakuni dan para Korawa bersiap-siap akan pergi ke pesanggrahan menemui Prabu Jayasutikna. Kemudian mereka berangkat. Pendeta Durna dan para Korawa datang menghadap Prabu Jayasutikna. Atas perintah Prabu Duryodana kemarahan para Pandhawa karena kematian Arjuna, diserahkan kepada Prabu Jayasutikna. Prabu Jayasutikna menyanggupinya akan memusnahkan Pandhawa, lalu mempersiapkan perajurit raksasa.
Di Wukir Retawu, Abimanyu menghadap Bagawan Abyasa untuk menanyakan kepergian Arjuna ayahnya. Bagawan Abyasa menyarankan, agar Abimanyu pergi ke pesanggrahan Gajahoya, Abimanyu mohon diri, dengan diikuti oleh para panakawan.
Sampai di tengah hutan, perjalanan Abimanyu dihadang oleh raksasa perajuritnya Prabu Jayasutikna yang membantu Korawa.Maka terjadilah perkelahian, para raksasa musnah, Abimanyu melanjutkan perjalanan.
Jenasah Arjuna yang dibuang ke laut, mengapung-apung di samodera dan kemudian disambut oleh Hyang Baruna. Arjuna dihidupkan lagi, lalu disuruh pergi ke goa Sigrangga.
Anantasena dan Irawan yang tinggal di Randhu Gumbala mendapat ilham, mereka harus pergi ke Ngastina.
Di Pringgondani, Gathotkaca minta pamit kepada ibunya, ia ingin meninjau saudara-saudaranya di Madukara. Arimbi mengikutinya.
Gathotkaca tiba di Madukara, menghadap kepada Sumbadra, Srikandhi dan Rarasati. Gathotkaca mengajak mereka pergi ke Ngastina.
Arjuna masuk ke istana menemui Banowati. Banowati terkejut dan keheranan, sebab Arjuna dikira telah mati. Kemudian Abimanyu dan Irawan datang menghadap Arjuna dan Banowati. Mereka disuruh bersembunyi di sebuah kamar.
Mengetahui hal itu, seorang abdi wanita yang bertugas melayani Banowati melarikan diri, memberitahu kepada raja Duryodana. Dikatakan bahwa di istana permaisuri kemasukan pencuri. Dursasana, Sindureja dan Jayadrata disuruh masuk ke istana untuk menangkap pencuri tersebut. Abimanyu dan Irawan keluar dari kamar, untuk melawan para perajurit Ngastina yang akan menangkap Arjuna. Jayadrata dipukul oleh Abimanyu, Dursasana dihantam oleh Irawan. Mereka tidak mampu melawan putra Pandhawa, lalu melarikan diri. Dengan mundurnya Jayadrata dan Dursasana, Adipati Karna tampil di medan perkelahian dan terjadilah perang besar. Adipati Karna dilawan oleh Anantasena. Gathotkaca datang, ikut melawan perajurit Korawa.
Raja Jayasutikna dan perajurit raksasa membantu berperang. Arjuna dan Bima melawan mereka. Jayasutikna mati oleh Arjuna, sedangkan perajurit raksasa musnah oleh Bima.
Prabu Duryodana minta maaf kepada para Pandhawa dan Kresna. Mereka dijamu dengan pesta besar di kerajaan Ngastina.
RS. Subalidinata
Mangkunegara VII, Jilid VIII, 1932: 3-8

No comments:

Post a Comment

Tags

Recent Post