Latest News

Tuesday, 16 July 2013

Makna dan Lambang dalam Pedalangan



Didalam pedalangan kita, kaya akan nilai-nilai . Nilai-nilai di dalam pedalangan diantaranya:
  • Nilai kepahlawanan contoh: tokoh Kumbakarna, Adipati Karna. 
  • Nilai kesetiyaan contoh: tokoh Dewi Sinta, Raden Sumantri (Patih Suwanda) dan sebagainya.. 
  • Nilai keangkara murkaan contoh: tokoh Rahwana, Duryudana dan sebagainya. 
  • Nilai kejujuran  contoh: Tokoh Puntadewa dan sebagainya.
Di sini masih banyak nilai-nilai yang lain yang patut ditimba manfaatnya bagi kita semua. Arti lambang juga terdapat didalam pakeliran lewat lakon-lakon wayang. Kalau kita mengamati lakon Dewa Ruci di dalamnya mengandung lambang kehidupan manusia di dalam mencapai cita-cita hidup kita harus dapat melewati beberapa tantangan, kalau kita berhasil mencapainya kita akan mendapatkan buahnya.

Gunungan

Kalau kita melihat pagelaran wayang kulit pasti akan melihat gunungan, dan lebih sering disebut juga kayon. Dinamakan gunungan karena bentuknya mirip sepucuk gunung yang mencuat tinggi keatas. Adapun kita melihat gunungan yaitu pada saat pakeliran belum dimulai, gunungan ditancapkan tegak lurus di tengah kelir pada batang pisang bagian atas. Tetapi jika pakeliran telah dimulai maka gunungan ditancapkan pada simpingan bagian kanan dan kiri.
Gunungan terdapat pada setiap pagelaran wayang, misalnya: wayang purwa, wayang gedog, wayang krucil, wayang golek, wayang suluh dan sebagainya. Tetapi gambar gunungan kalau kita lihat juga banyak dijadikan simbol, atau suatu lambang.

Contoh:
Dalam lingkungan hidup atau sering disebut Kalpataru, digambarkan lambang sebuah kayon.
Kalau kita membedakan jenis kayon atau gunungan itu ada dua macam yaitu:
1. Kayon Gapuran 
2. Kayon Blumbangan 

Adapun ciri-ciri kayon gapuran adalah sebagai berikut :
1. Bentuknya ramping 
2. Lebih tinggi dari kayon blumbangan. 
3. Bagian bawah berlukiskan gapura. 
4. Samping kanan dan kiri dijaga dua raksasa kembar yaitu Cingkarabala dan balaupata. 
5. Bagian belakang berlukiskan api merah membara. 

Adapun ciri-ciri kayon blumbangan adalah sebagai berikut :
1. Bentuknya gemuk 
2. Lebih pendek dari keyon gapuran 
3. Bagian bawah berlukiskan kolam dengan air yang jernih. 
4. Ditengah ada gambar ikan berhadap-hadapan ditengah kolam. 
5. Bagian belakang berlukiskan api berkobar merah membara biasanya juga ada lukisan kepala makara. 

Untuk lebih jelasnya dapat kita melihat gambar kayon disamping kiri ini. Gunungan di dalam pegelaran wayang kulit mempunyai kegunaan yang penting sekali. Adapun guna kayon adalah sebagai berikut:
  1. Tanda dimulainya pentas pedalangan dengan dicabutnya kayon lalu diletakkan pada simpingan kanan dan kiri. 
  2. Tanda pergantian adegan / tempat.
    Contoh: Setelah adegan Astina akan diganti adegan Amarta biasanya diawali dengan memindahkan kayon atau memutar kayon lalu ditancapkan pada posisi semula.
  3. Untuk menggambarkan suasana. Contoh : Suasana sedih dalam suatu adegan, kayon digerak-gerakkan diikuti ceritera dalang.
  4. Untuk menggambarkan sesuatu yang tidak ada wayangnya.
    Contoh:Suatu ajian yang dikeluarkan dari badan tokoh wayang. Dewa tertinggi yang tidak ada wayangnya. Misalnya Sang Hyang wenang dan sebagainya.
  5. Menggambarkan air, api, dan angin.
    Contoh:Dari patet enem ke patet sanga di tandai dengan perubahan letak kayon. Misalnya dari kayon condong kekiri dirubah gerak tegak lurus.
  6. Tanda berakhirnya pentas pakeliran yaitu dengan menancapkan kayon ditengah-tengah. 
Gambar kayon didalamnya berlukiskan :
  • Rumah atau balai yang indah dengan lantai bertingkat tiga. 
  • Dua raksasa kembar lengkap dengan perlengkapan jaga pedang dan tameng. 
  • Dua naga kembar bersayap dengan dua ekornya habis pada ujung kayon. 
  • Gambar hutan belantara yang suburnya dengan kayu yang besar penuh dengan satwanya. 
  • Gambar macan berhadapan dengan banteng. 
  • Pohon besar yang tinggi dibelit ular besar dengan kepala berpaling kekanan. 
  • Dua kepala makara ditengah pohon. 
  • Dua ekor kera dan lutung sedang bermain diatas pohon. 
  • Dua ekor ayam hutan sedang bertengkar diatas pohon.
    Jadi kesimpulannya gambar kayon didalamnya sudah melambangkan seluruh alam raya beserta isinya mulai dari manusia sampai dengan hewan serta hutan dan perlengkapannya
PARA DEWA (DEWA-DEWA)
Setelah kita menguraikan secara sederhana tentang gunungan maka mulai kita menginjak nama-nama dari pelaku wayang. Kita mulai dari nama-nama dewa. Jumlah dewa-dewa dan dewi-dewi sangatlah banyak. Di sini yang ingin kami ketengahkan hanyalah nama-nama dewa atau dewi yang sering digunakan di dalam setiap lakon wayang. Kita mulai dari Batara Guru.

BATARA GURU
Nama lain :
1. Hyang jagad Pratingkah
2. Sang Hyang catur buia
3. Sang Hyang Manikmaya

Tempat : Kayangan Jonggirikaelasa
Istri : Dewi Uma

Anak :

  1. Batara Indra 
  2. Batara Bayu 
  3. Batara Wisnu 
  4. Batara Brama 
  5. Batara Kala 
  6. Batara Sakra 
  7.  Batara Mahadewa 
  8. Batara Asmara 

Ayah Batara Guru : Hyang Tunggal 
Keterangan :
Batara Guru adalah dewa yang merajai kayangan serta mengusai alam. Batara Guru pada saat dilahirkan berwajah tampan serta tanpa cacat. Karena kecongkakannya dan merasa bangga karena mempunyai wajah tampan dia akhirnya menerima hukuman dari Hyang tunggal serta dewa yang Agung dengan bertangan empat, bercaling, leher berwarna biru. Hal ini adalah buah dari perbuatannya. Batara Guru didalam ceritera pedalangan sering mengganggu dunia dengan menyamar menjadi manusia ingin menghancurkan Kyai Semar, Pandawa tetapi hal ini selalu kalah dengan kebajikan dan kejujuran yang akhirnya Hyang Guru minta maaf dan kembali kekhayangan.

BATARA NARADA
Nama lain : Kanekaputra
Tempat : adalah kayangan Sudukpangudaludal

Keterangan :
Batara Narada adalah ketua dari para dewa ia bertugas memimpin para dewa serta dewa yang dimintai pertimbangan oleh batara Guru dalam segala hal. Tugas lain adalah menyampaikan anugerah pada manusia serta mengamati kejadian di dunia. Asal mula batara Narada berparas elokvdan sakti yaitu dia ingin mengalahkan para dewa maka bertapa terus sehingga bertemu dengan dewa guru/Batara Guru.
Setelah terjadi bantah Batara Guru kalah. Akibat hal itu batara Guru selalu memanggil kakang. Batara Narada akhirnya berwajah buruk serta berbadan cebol karena pada suatu ketika mendapat umpat batara Gutu sehingga seperti bentuk gambar diatas. Batara Narada selalu melaksanakan tindakan kebenaran maka pada saat batara Guru bertindak salah selalu dilawannya.

BATARI DURGA
Tempat : Hutan Setra Gandamayit
Suami : Batara Kala
Bentuk : Raseksi yang ganas dan bengis

Keterangan:
Batari Durga dahulu adalah seorang putri yang cantik jelita berujud bidadari bernama dewi Uma. Ia sangat dicintai oleh Hyang Guru. Peristiwa itu terjadi pada saat Hyang Guru sedang rekreasi naik lembu Nandini melihat keindahan jagad raya, karena asyiknya betara Guru timbullah nafsu asmara dengan dewi Uma. Tetapi dewi Uma tidak mau karena mengingat sedang naik Lembu Nandini. Karena Batara Guru sangat bernafsu maka kamanya jatuh di laut. Yang akhirnya lahir Batara Kala. Setelah kejadian itu Dewi Uma diajak pulang. Di kayangan Batara Guru marah bukan kepalang karena marahnya Betari Uma disabda menjadi reseksi yang bengis dan disuruh kehutan Setra Gandamayit.

Mari kita melihat kembali pada kejadian yang lalu, pada saat Batara Guru akan memaksa Batari Uma. Maka Batari Uma mengutuk sikap Batara Guru seperti itu bagaikan raksasa. Maka jadilah Batara Guru mirip raksasa dengan mempunyai caling. Atas kejadian itu Batara Guru merasa masgul hatinya. Batari Durga dapat kembali ujut seperti sedia kala setelah diruat oleh satria bungsunya Pandawa yaitu raden Sadewa. Maka lakon itu disebut lakon Sudamala atau Durga ruwat.
Batari Durga di Setra Gandamayit memerintah para jin, iblis, banaspati, gandaruwo, engklek-engklek balung antandak dan sepadannya.

BATARA BRAMA
Tempat : Kayangan Deksina di dalam pedalangan sering disebut kayangan Argadahana.
Ayah : Batara Guru
Istri : Dewi Saraswati
Ibu : Batari Uma
Kesaktian : Dewa yang menguasai api.

Keterangan:
Batara Brama pernah memberikan pusaka Alugara dan Nanggala kepada raden Kakrasana pada saat ia bertapa di pertapaan Arsonya. Maka seolah-olah Hyang Brama adalah guru dari raden Kakrasana. maka kalau kita lihat bentuk wayang Prabu Baladewa, raden Kakrasana mirip dengan bentuk wayang Batara Brama. Batara Brama selalu atau sering mengikuti perjalanan Batara Guru ke Ngarcapada / Bumi menjelma menjadi raja seberang dengan nama misal prabu Dewa Pawaka atau yang lain.
Hal ini dapat digagalkan oleh Semar. Sehingga kehendaknya ingin memusnahkan Pandawa atau membuat onar dunia tidak berhasil. Juga dapat dilihat dalam lakon lahirnya Wisanggeni. Tujuan Batara Drama akan mengawinkan putrinya Dewi Dresanala dengan Dewa Srani serta menceraikan radaen Arjuna. Hal ini dapat digagalkan oleh Semar dan para Pandawa. Jadi kesimpulannya bahwa semua ulah dewa jika salah akan kalah oleh tindakan manusia yang benar.

BATARA INDRA
Tempat : Kayangan Jonggirisaloka
Kesaktian :
Batara Indra mempunyai kekuasaan memerintah para Dewa atas perintah Hyang Guru. Batara Indra mempunyai keahlian berperang dan banyak mempunyai panah sakti.
Anak :

  • Dewi Tara 
  • Dewi Tari 
  • Dewi Gagar Mayang
  • Batari Suprada dan masih banyak lagi yang berwujud bidadari.

Ayah : Batara Guru
Ibu : Batari Uma
Keterangan :
Batara Indra mempunyai kekuasaan atas para dewa dan para bidadari di sorga. Selain itu sering memberikan anugrah atau hadiah pada siapa saja yang gemar bertapa dan membantu ketentraman dunia serta permintaan titah yang sedang bertapa.
Sebagai contoh: Raden Arjuna mendapatkan panah Pasopati sebagai panah sakti akibat dari dia bertapa dan membantu atas ketentraman di kayangan, sehingga panah tersebut berguna di dalam perang besar Baratayuda.

BATARA ANTABOGA
Kayangan : kayangan Saptapratala atau Saptabumi
Anak : Dewi Nagagini.

Keterangan :
Batara Antaboga adalah dewa ular maka disebut juga ujud naga besar. Hyang Antaboga mempunyai putri cantik jelita yang diperistri raden Werkudara. Peristiwa ini terjadi pada saat Pandawa ditipu Kurawa diajak berkumpul dan pesta. Tiba-tiba tempat tersebut dibakar oleh para Kurawa dalam pedalangan dalam lakon Balesigalagala. Pandawa tidak mati karena ditolong oleh garangan putih yaitu kajadian dari Hyang Antaboga. Akhirnya Pandawa selamat Werkudara dikawinkan dengan dewi Nagagini mempunyai keturunan raden Hanantareja.

BATARA KAMAJAYA
Tempat : Kayangan Cokrokembang
Putra dari : Batara Ismaya (Semar)
Istri : Batari Ratih

Keterangan:
Dewa ini berparas elok serta selalu rukun bersama istrinya. Maka dari itu oleh orang jawa dijadikan kegemarannya (idam-idaman) sampai pada cita-citanya. Kalau orang mempunyai putra atau putri diharapkan berwajah elok dan cantik. Hal ini terbukti di dalam acara tujuh bulan bayi di kandungan diadakan upacara mitoni yang dilambangkan pada cengkir (kelapa muda) berlukiskan Batara Kamajaya dan Batari Ratih.

BATARA SURYA
Putra dari : Semar (Batara Ismaya)
Kekuasaan : Dewa Matahari

Keterangan :
Batara Surya adalah seorang dewa yang menguasai gerak Matahari. Serta dalam lakon lahirnya Karna Betara Surya adalah salah satu dewa yang menurunkan raden Suryaputra dengan ibunya dewi Kunti.

BATARA BAYU
Tempat tinggal : Kayangan Panglawung
Ayah : Batara Guru
Ibu : Dewi Uma
Istri : Dewi Sumi
Kesaktian :
Batara Bayu mempunyai kesaktian angin dan ia menjadi dewanya hewan, raksasa, dan manusia.
Yang tersebut golongan putera dewa Bayu adalah :

  • Batara Bayu 
  • Hanuman 
  • Wrekodara Wil Jajalpaweka 
  • Liman setubanda 
  •  Sarpa Nagakuawara 
  • Garudha Mahambira 
  • Begawan Maenaka 


Keterangan :
Batara Bayu pernah menjadi raja di Mayapada di negara Medanggora, bergelar prabu Bhima. Pada ceritera Pedalangan dalam lakon Bhima Bungkus di situ terlukis putera Pandu yang masih berada dalam keadaan terbungkus, sebelum sang bayi berwujud sebagai layaknya bayi biasa, Batara Bayu masuk kedalam bungkus sang bayi dan memberinya busana seorang kesatria.

BATARA WISNU
Tempat : Kayangan Utarasagara
Ayah : Batara Guru
Ibu : Batari Uma
Isteri : Dewi Pertiwi

BATARA KALA
Kayangan : kayangan Selamangumpeng
Ayah : Batara Guru
Istri : Batari Durga

Keterangan :
Batara Kala lahir dari Kama salah yang jatuh dilaut pada saat Batara Guru rekrasi dengan Batari Uma (lihat hal Batari Uma). Batara Kala dilahirkan dalam wujud api yang berkobar-kobar yang makin lama makin besar. Hal ini membuat gara-gara di Suralaya, sehingga para dewa diperintahkan oleh Batara Guru untuk mematikan api yang berkobar-kobar tetapi tidak mati, malah makin lama makin besar dan naik ke Suralaya menanyakan bapaknya.
Karena Hyang Guru kwatir kalau kayangan rusak maka Batara Guru mengakui kalau Kala adalah anaknya. Maka diberi nama Batara Kala dan Batara Kala minta makanan, maka Batara Guru memberi makanan tetapi ditentukan yaitu :
1. Orang yang mempunyai anak satu yang disebut ontang-anting
2. Pandawa lima anak lima laki-laki semua atau anak lima putri semua.
3. Kedono kedini, anak dua laki-laki perempuan jadi makanan Betara Kala.

Untuk menghindari jadi mangsa Batara Kala harus diadakan upacara ruwatan. Maka untuk lakon-lakon seperti itu di dalam pedalangan disebut lakon Murwakala atau lakon ruwatan. Di dalam lakon pedalangan Batara Kala selalu memakan para pandawa karena dianggapnya Pandawa adalah orang ontang anting. Tetapi karena Pandawa selalu didekati titisan Wisnu yaitu Batara Kresna. Maka Batara Kala selalu tidak berhasil memakan Pandawa.

BATARA YAMADIPATI
Putra dari : Semar (Betara Ismaya)
Tempat : Kayangan Argodulamilah

Keterangan :
Betara Yamadipati, dewa yang ditugasi mencabut nyawa dan menjaga neraka. Adapun wajah Yamadipati berbentuk manusia dan wajah raksasa yang mengerikan. Yamadipati juga terseret pada perbuatan tidak benar tetapi setelah direnungkan tidak baik, maka berbelok pada posisinya semula.*

JENENGE RATU LAN PANDHITA


  1. Prabu Arjuna Sasrabahu ratu ing Maespati 
  2. Prabu Baladewa         ratu ing Mandura 
  3. Prabu Basudewa         ratu ing Mandura 
  4. Prabu  Bomanarakasura ratu ing Trajutrisna 
  5. Prabu Drupada                 ratu ing Cempala 
  6. Prabu Dasarata                 ratu ing Ngayodya 
  7. Prabu dasamuka         ratu ing Ngalengka 
  8. Prabu Drestarata         ratu ing Ngastina 
  9. Prabu Kresna         ratu ing Dwarawati
  10. Prabu Karna ratu ing Ngawangga 

No comments:

Post a Comment

Tags

Recent Post