Oleh: Dr. H. Sutoro Eko Y, (Guru Desa)
Setiap calon penguasa pasti melakukan eksploitasi terhadap kaum miskin sembari obral anti-kemiskinan. Setelah berkuasa, sang penguasa itu bikin program antikemiskinan (penanggulangan kemiskinan) yang didukung dunia internasional, teknokrat, para ahli, LSM, fasilitator, dan masih banyak lagi.
Apa hasilnya? Pada tahun 2010, seorang pejabat program anti-kemiskinan berujar dengan data: "Dana untuk penanggulangan kemiskinan meningkat drastis sebesar 250% selama lima tahun, tetapi angka kemiskinan hanya turun 2%".
Mengapa bisa begitu? Pokoknya yang pakai kata "anti", baik antikorupsi maupun antikemiskinan, selalu terjebak pada gejala industri. Program penanggulangan kemiskinan adalah industri untuk mengawetkan kemiskinan. Dalam industri anti-kemiskinan pasti ada banyak kesibukan memproduksi indikator, data, statistik, sistem informasi, alat, panduan, pelatihan, laporan dan sebagainya. Manusia, warga dan rakyat disederhanakan dengan angka-angka statistik menjadi penduduk miskin, yang kemudian diintervensi secara teknis dengan proyek, perangkat dan bantuan.
Industri itu sungguh menyenangkan rakyat tetapi sebenarnya tidak menolong rakyat. Kata orang: proyek anti-kemiskinan ibarat menarik sapi kurus dengan tali yang besar dan panjang. Prestasi hebatnya adalah laporan statistik yang dikemas secara canggih untuk membius banyak orang, termasuk menjadi alat untuk ABS.
No comments:
Post a Comment