Teori Bumi Datar Kembali Muncul
Ketika tahun 2015 yang lalu gerakan ini kembali muncul di Amerika, seorang saintis Neil de Grease Tyson langsung maju dan menjelaskan (pada sebuah reality show). Kebetulan aku nonton di Youtube, dan dia mengatakan bahwasanya pemahaman ini tidaklah berdasar.
Akhirnya, karena aku kurang kerjaan, aku tonton videonya dan mencoba menyampaikan beberapa kritik hal yang perlu untuk kalian ketahui.
Foto Bumi Bulat ialah Rekayasa CGI
Kalau kalian mencari gambar bumi di google, maka semua gambar bumi berbentuk bulat ialah CGI (computer generated imaginary/buatan komputer). Ini benar, bahkan semua foto bumi bulat yang dipublikasikan NASA juga CGI.Tapi, darimana gambar CGI ini dibuat? Ternyata gambar-gambar CGI ini dibuat dari fotografi satelit NASA. Jadi gambar CGI ini dibuat berdasarkan sekumpulan gambar-gambar yang diperoleh oleh satelit luar angkasa yang dimiliki NASA yang kemudian digabungkan menjadi satu.
Kenapa perlu menggabungkan banyak foto untuk jadi satu foto bumi bulat? Karena bumi berukuran sangat besar dan satelit yang ada tidak cukup jauh untuk mengambil gambar satu bumi penuh (bumi bulat).
Misalkan saja kalian ingin memotret foto rumah, tetapi posisi kalian hanya satu meter di depan rumah, apa kalian bisa mengambil foto rumah kalian secara penuh?
Tentu saja tidak, sekarang permasalahannya, kalian tidak bisa mundur, hanya bisa mengitari dalam jarak satu meter itu saja, bagaimana cara agar bisa dapat seluruh gambar rumah? Tentu saja dengan mengambil banyak foto dan kemudian menggabungkannya.
Buktinya NASA menampilkan potongan gambar bumi ini di homepage-nya :
Ini adalah bagian dari bumi yang dipotret oleh salah satu satelit NASA. Terlihat disini kalau ada lengkungan dibagian pinggiran bumi.
Banyak Satelite di Angkasa
Setidaknya ada 1381 satelit di angkasa. Tidak semua foto satelite ini merupakan CGI, kalian bisa cari sendiri foto real satelit. Tetapi tetap saja kalau sudah nggak percaya akan susah urusannya. Di video teori bumi datar dikatakan bahwa angkasa luar penuh sesak dengan satelite. Mari kita lihat dengan perspektif yang lebih baik.Satelite yang paling dekat dengan permukaan bumi disebut sebagai LEO (Low Earth Orbit) yang beredar di bumi pada ketinggian 160-2000 km. Jumlah satelit LEO ini sekitar 500 satelit.
Jika melihat luas permukaan bumi (bulat), maka ada 500 satelit yang beroperasi di luasan 510,072,000 km². Jika kita bagikan ialah 510,072,000 km2 : 500= +-1.000.000 km². Jadi hanya akan ada 1 satelit setiap 1.000.000 km².
Selain jumlahnya yang tidak terlalu banyak jika dibandingkan bumi, ternyata ukuran satelit juga sangat kecil, terlalu kecil untuk bisa teramati di teleskop. Ukuran dari ISS (International Space Station) ialah sebesar lapangan American Football (0.0055km^2) sedangkan bulan ialah 9.476.927 km², perbandingannya 1:1.723.077.636,3636.
Satelit yang ukurannya 1/1.723.077.636,3636 kali ukuran bulan ini bergerak dengan kecepatan 28.000 km/jam (ket: kita bahas di Final Part). Sudah kecil, bergeraknya sangat cepat lagi, fakta-fakta inilah yang menyebabkan sangat sulit untuk melihat satelit melalui teleskop.
Maka menemukan sebuah satelit tidaklah semudah yang pembuat video ini katakan. Walapun begitu, tetap masuk akal sekali kalau kita seharusnya bisa melihat satelit di langit dengan teleskop. Oleh karena itu ada orang yang membuktikannya, ini sebuah video dimana seseorang mengamati satelit menggunakan teleskop:
Pasti akan muncul pertanyaan seperti ini “teleskop bisa menampilkan gambar planet-planet lain, tetapi satelit yang dekat nggak bisa dilihat dengan jelas?”
Itu karena ukuran satelit memang sangat kecil jika dibandingkan dengan planet. Seperti venus misalnya, kita bisa mengamati bahkan dengan mata telanjang. Jadi wajar kalau teramati dengan lebih jelas menggunakan teleskop, sedangkan satelit ukurannya sangat-sangat kecil bila dibandingkan dengan planet.
Apakah Bumi Bulat Bola Atau Datar Menurut Pandangan Syariat?
Salah satu masalah yang sedang berkembang akhir-akhir ini adalah perdebatan mengenai bentuk bumi kita, apakah bulat ataukah datar. Pengetahuan yang selama ini diketahui umumnya orang adalah bahwa bumi itu bulat, namun berkembang juga pemahaman bahwa bumi itu datar atau disebut juga pemahaman flat earth. Beberapa ulama sebenarnya telah membahas hal ini, mereka membahas masalah bentuk bumi dari perspektif syariat. Tentunya mereka berdalil dengan yang tersirat dalam auat-ayat Al-Quran dan hadits Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam yang mengabarkan tentang alam semesta ini.
Klaim ijma bumi itu bulat
Perlu diketahui bahwa ada klaim ijma’ dari sebagian ulama bahwa bumi itu bulat. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata,
وقال الإمام أبو الحسين أحمد بن جعفر بن المنادي من أعيان
العلماء المشهورين بمعرفة الآثار والتصانيف الكبار في فنون العلوم الدينية
من الطبقة الثانية من أصحاب أحمد : لا خلاف بين العلماء أن السماء على مثال
الكرة ……
قال : وكذلك أجمعوا على أن الأرض بجميع حركاتها من البر
والبحر مثل الكرة . قال : ويدل عليه أن الشمس والقمر والكواكب لا يوجد
طلوعها وغروبها على جميع من في نواحي الأرض في وقت واحد ، بل على المشرق
قبل المغرب
Beliau juga berkata: “Demikian pula mereka telah bersepakat bahwa bumi ini dengan seluruh pergerakannya baik itu di daratan maupun lautan, seperti bola
Beliau berkata lagi: “Dalilnya adalah matahari , bulan dan bintang-bintang tidak terbit dan tenggelam pada semua penjuru bumi dalam satu waktu, akan tetapi terbit di timur dahulu sebelum terbit di bara”1.
Demikian juga Ibnu Hazm rahimahullah berkata,
أن أحد من أئمة المسلمين المستحقين لإسم
الإمامة بالعلم رضي الله عنهم لم ينكروا تكوير الأرض ولا يحفظ لأحد منهم في
دفعه كلمة بل البراهين من القرآن والسنة قد جاءت بتكويرها
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata,
في كون الأفلاك كروية الشكل والأرض كذلك وأن
نور القمر مستفاد من نور الشمس وأن الكسوف القمرى عبارة عن انمحاء ضوء
القمر بتوسط الأرض بينه وبين الشمس
“Bahkan alam semesta dan bumi betuknya adalah bola, demikian juga
penjelasan bahwa cahaya bulan berasal dari pantulan sinar matahari dan
gerhana bulan terjadi karena cahaya bulan terhalang oleh bumi yang
terletak antara bulan dan matahari”3.Demikian juga pendapat bahwa beberapa ulama kontemporer seperti Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin dan ulama lainnya.
Batalnya klaim Ijma’
Perlu diketahui juga bawa ada beberapa ulama ada yang menafikan bahwa bumi itu bulat seperti Al-Qahthaniy Al-Andalusy dalam kitab Nuniyah-nya,
كذب المهندس والمنجم مثله … فهما لعلم الله مدعيان
الأرض عند كليهما كروية … وهما بهذا القول مقترنان
والأرض عند أولي النهى لسطيحة … بدليل صدق واضح القرآن
“Bumi menurut mereka bulat … mereka bergandengan dengan pendapat ini”
“Bumi menurut ahli ilmu agama adalah datar … dengan dalil yang jelas dari Al-Quran”4.
Demikian juga dalam Tafsir Jalalain, ketika menafsirkan ayat
وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ
“Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?” (Al-Ghaasyiyah: 20).
Dijelaskan bahwa dzahir ayat bumi itu (سُطِحَتْ) “sutihat” menunjukkan bumi itu (سطحية) “sathiyyah” yaitu bulat, dalam tafsir dijelaskan,
سطحت ظاهر في أن الأرض سطح وعليه علماء الشرع لا كرة كما قاله أهل الهيئة
Demikian juga Al-Qurthubi dalam tafsirnya, membantah bahwa bumi bulat, ketika menafsirkan ayat,
وَالْأَرْضَ مَدَدْنَاهَا وَأَلْقَيْنَا فِيهَا رَوَاسِيَ وَأَنْبَتْنَا فِيهَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍ مَوْزُونٍ
Beliau Al-Qurthubi berkata,
وهو يرد على من زعم أنها كالكرة
Dari sini kita ketahui bahwa ada ulama yang menyelisihi klaim ijma’ yang disebutkan di atas.
Tidak ada dalil yang tegas menyatakan bahwa bumi bulat atau datar
Setelah kita melihat pendalilan dua kelompok yang berbeda pendapat, maka kita dapatkan dalam satu dalil yang sama, bisa mereka gunakan untuk mendukung pendapat mereka masing-masing yang bertentangan padahal dalilnya sama. Memang dalam Al-Quran dan Sunnah tidak didapatkan dalil yang tegas dan jelas mengenai hal ini yang menyebut dengan tegas “bumi bulat-bola” atau “bumi datar”.Kita bisa lihat yang pro-bulat menggunakan penjelasan syaikh Al-‘Utsaimin mengatakan bahwa bumi itu bulat dengan dalil dan penjelasan oleh Syaikh. Akan tetapi di sisi lain, Syaikh Al-Ustaimin dan juga Syaikh Bin Baz berpendapat bahwa bumi adalah pusat tata surya dan tidak berputar sedangkan matahari yang mengelilingi bumi. Tentu ini bertentangan dengan sebagian orang yang pro bumi bulat, yang mereka menyakini bahwa bumi itu bulat dan mengelilingi matahari.
Tentunya Syaikh Al-‘Utsaimin dan Syaikh Bin Baz berpendapat bahwa matahari mengelilingi bumi dengan penjelasan dalil dalam Al-Quran dan Sunnah. Syaikh Utsaimin menjelaskan,
أما رأينا حول دوران الشمس على الأرض الذي
يحصل به تعاقب الليل والنهار، فإننا مستمسكون بظاهر الكتاب والسنة من أن
الشمس تدور على الأرض دورانا
Syaikh Bin Baz juga menafikan bahwa bumi berputar (berarti matahari yang berputar mengelilingi agar terjadi siang dan malam), beliau berkata,
أما دورانها فقد أنكرته وبيَّنتُ الأدلة على بطلانه
Dalil yang mereka gunakan untuk pernyataan “matahari mengelilingi bumi” juga banyak, salah satunya yang menurut mereka cukup jelas bahwa matahari bergerak mengelilingi bumi, yaitu hadits riwayat Bukhari dan Muslim bahwa matahari bergerak di peredarannya dan tatkala sampai di bawah Arsy maka matahari bersujud.
عَنْ أَبِيْ ذَرٍّ أَنَّ اْلنَّبِيَّ قَالَ
يَوْمًا : أَتَدْرُوْنَ أَيْنَ تَذْهَبُ هَذِهِ اْلشَّمْسُ؟ قَالُوْا:
اللهُ وَ رَسُوْلُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: إِنَّ هَذِهِ تَجْرِيْ حَتىَّ
تَنْتَهِيَ إِلىَ مُسْتَقَرِّهَا تَحْتَ اْلعَرْشِ, فَتَخِرَّ سَاجِدَةً,
فَلاَ تَزَالُ كَذَالِكَ حَتىَّ يُقَالَ لَهَا: اِرْتَفِعِيْ, اِرْجِعِيْ
مِنْ حَيْثُ جِئْتِ فَتَرْجِعُ, فَتُصْبِحُ طَالِعَةً مِنْ مَطْلِعِهَا,
ثُمَّ تَجْرِيْ لاَ يَسْتَنْكِرُهَا اْلنَّاسُ مِنْهَا شَيْئًا حَتىَّ
تَنْتَهِيَ عَلىَ مُسْتَقَرِّهَا ذَلِكَ تَحْتَ اْلعَرْشِ فَيُقَالُ لَهَا:
اِرْتَفِعِيْ, أَصْبِحِيْ طَالِعَةً مِنْ مَغْرِبِكِ, فَتُصْبِحُ
طَالِعَةً مِنْ مَغْرِبِِهَا. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ: أَتَدْرُوْنَ مَتىَ
ذَاكُمْ؟ ذَاكَ حِيْنَ (لاَ يَنْفَعُ نَفْسًا إِيْمَانُهَا لَمْ تَكُنْ
ءَامَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِيْ إِيْمَانِهَا خَيْرًا) (الأنعام:
158)
Akan tetapi yang mengatakan bahwa “bumi mengelilingi matahari” bisa membantah juga: matahari itu memang bergerak dan mengelilingi pusat tata surya. Mereka berpegangan pada fatwa ulama yaitu Syaikh Al-Albani yang menyatakan bahwa bumi itu berputar dan beliau pun membawakan dalil dan penjelasannya. Syaikh Al Albani berkata:
نحن في الحقيقة لا نشك في أن قضية دوران الأرض حقيقة علمية لا تقبل جدلا
Demikianlah, kesimpulannya mengenai apakah bumi datar atau bulat-bola, maka tidak kita dapatkan dalil yang tegas menyebutkan “bumi itu bulat” atau “bumi itu datar”.
Yang benar adalah sesuai dengan penelitian dan fakta ilmiah ilmu dunia
Apakah bumi datar atau bulat maka kita kembalikan lagi kepada penelitian dan fakta ilmiah. Hal ini dicerminkan dari sikap Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani di mana beliau menggabungkan kedua ilmu yaitu fakta ilmu dunia (yang menurut beliau benar) dan “yang tersirat” dalam Al-Quran dan Sunnah.Simak tanya jawab beliau dan kehati-hatian beliau dalam berfatwa,
سؤال من مسلم بريطاني / هل في رأيكم أن العالم كروي أو مستقيم ؟
ج الشيخ : هذا السؤال جغرافي وإلا ديني ؟
س / كلاهما
ج الشيخ : كروي
س / هل أخطأ ابن باز حينما قال انها مستقيمة
ج الشيخ / مستقيمة أو مسطحة ؟
س / مسطحة
ج الشيخ / ليت أن الخطأ وقف عند المسألة الجغرافية
ج الشيخ : هذا السؤال جغرافي وإلا ديني ؟
س / كلاهما
ج الشيخ : كروي
س / هل أخطأ ابن باز حينما قال انها مستقيمة
ج الشيخ / مستقيمة أو مسطحة ؟
س / مسطحة
ج الشيخ / ليت أن الخطأ وقف عند المسألة الجغرافية
Penyana: Apa pendapatmu, apakah bumi itu bulat atau datar?
Syaikh: Apakah ini pertanyaan geografi atau pertanyaan agama?
Penyanya: Keduanya
Syaikh: Bumi itu bulat-bola
Penanya: Jika demikian syaikh Bin Baz salah mengatakan bumi lurus (ingat ada klarifikasi bahwa syaikh Bin Baz mengatakan bumi itu bulat, pent)
Syaikh: Lurus atau datar?
Penanya: Datar
Syaikh: Saya berharap itu adalah kesalahan geografi (Syaikh Al-Albani yakin Syaikh bin Baz cerdas masalah agama sehingga, sehingga beliau berharap Syaikh bin Baz menjawab dengan pengetahuan beliau dari ilmu geografi, pent)14.
Dari tanya jawab ini kita dapat dua pelajaran penting:
Pertama: Syaikh Al-Albani sangat hati-hati berfatwa sehingga beliau bertanya apakah bumi bulat atau datar tersebut, apakah ditinjau dari segi ilmu agama atau ilmu geografi dan penanya menjawab “keduanya”. Maka syaikh Al-Albani menjawab bahwa bumi itu bulat, karena ditinjau dari ilmu geografi beliau bahwa bumi itu bulat, sedangkan dari ilmu agama, beliau lebih condong dengan dalil yang tersirat (bukan dalil tegas), karena tidak ada dalil yang tegas bahwa bumi itu bulat
Beliau menjelaskan setelah tanya jawab tadi bahwa tidak ada dalil tegasnya, beliau berkata,
ليس هناك نص قاطع يؤيد أحد الوجهين
المختلفين …بعض الآيات من القرآن الكريم التي تتعلق بهذا الموضوع يمكن أن
يفهم منها ثبات
الأرض وسطحيتها ، والبعض الآخر يمكن أن يفهم منها حركتها
ودورانها
“Tidak ada dalil tegas yang mendukung dua pendapat yang berbeda ini… sebagian ayat Al-Quran yang berkaitan dengan hal ini bisa jadi dipahami bahwa bumi itu tetap dan datar dan sebagian ayat lainnya bisa saja dipahami bumi bergerak dan berputar.”
Bahkan beliau menegaskan selanjutnya, permasalahan bumi itu bulat atau datar bukanlah permasalahan aqidah, beliau berkata
ولهذا قلنا أن هذه ليست مسألة اعتقادية
Tentunya jika memang masalah aqidah tentu sudah dibahas dan menjadi penekanan utama oleh banyak ulama dalam berbagai kitab mereka.
Kedua: Lihat sikap Syaikh Al-Albani yang bersebrangan dengan Syaikh Bin Baz, beliau sangat berharap Syaikh Bin Baz hanya salah dalam ilmu geografi saja dan ini wajar karena Syaikh Bin Baz bukan ahli geografi dan hanya ikut saja dari apa info yang sampai ke beliau.
Patut direnungi oleh sebagian kecil saudara kita muslim yang mungkin saling berdebat apakah bumi itu bulat atau datar sampai tahap mencela, menyindir dan sampai bermusuhan dalam masalah ini, padahal mereka bersaudara dalam Islam dan yang lebih penting hal ini bukanlah permasalahan aqidah.
Quraish Shihab Bicara Soal Bumi Datar
"Ilmu tanpa agama pincang, agama tanpa ilmu buta", kutipan terkenal Albert Einstein tersebut terus menjadi perdebatan. Salah satunya bagaimana sebuah agama menerima perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).
Di Indonesia, banyak orang penasaran bagaimana agama Islam dan Al Quran menyikapi perkembangan iptek. Sebuah video yang diunggah oleh Najwa Shihab Senin (22/01/2018) mencoba menjawab rasa penasaran tersebut.Dalam video berdurasi 6 menit 27 detik tersebut, terlihat Quraish Shihab menjelaskan bagaimana Islam memandang perkembangan iptek.
"Sangat menyambut. Teknologi itu bebas nilai. Penggunanya yang memberikan nilai," kata Quraish.
Sahabat Mustofa Bisri tersebut juga mencontohkan misalnya penggunaan teknologi handphone (HP). Dia menyebut sekarang sudah ada Al Quran di dalam HP.
Pria paruh baya ini juga menjelaskan bahwa dia menggunakan HP saat ingin menulis, mencari ayat Al Quran, dan mencari tahu tentang segala sesuatu melalui google.
"Itu kan hasil teknologi," tegasnya.
"Melalui teknologi kita bisa dengan cepat ke Mekkah, kita bisa dengan cepat ke tujuan lain untuk belajar atau untuk berziarah. Tidak masalah," sambung pria ini.
Pria yang pernah mengenyam pendidikan di Al-Azhar, Kairo ini juga membandingkan ketika teknologi digunakan untuk berbuat hal yang tidak baik.
"Tetapi kalau itu digunakan untuk sesuatu yang buruk, Anda gunakan HP untuk mengirim hoaks, terlarang karena melengahkan orang, menjerumuskan orang," ujarnya.
"Jadi, ilmu sangat dianjurkan. Tuhan menetapkan dalam Al Quran bahwa alam raya ini dimudahkan manusia untuk menggunakannnya. Salah satu penggunaannya itu adalah dari hasil perkembangan teknologi," katanya.
Pendiri pusat studi Al Quran ini juga memberi contoh pada salah satu firman Allah tentang wanita hamil. Ayat tersebut menyebut, Tuhan mengetahui apa yang dikandung seorang wanita.
"Dulu diartikannya bahwa Dia mengetahui apa itu jenis kelamin anak, laki-laki atau perempuan. Sekarang tidak lagi yang menafsirkan demikian,"
"Sekarang udah bisa lewat USG ya, bahkan 4 dimensi bisa keliatan mukanya," sambung Najwa Shihab, putri Quraish Shihab sekaligus menjadi pewawancara dalam video tersebut.
Quraish dengan cepat menyetujui apa yang disampaikan putrinya tersebut.
"Itu dia. Jadi, kita akan berkata (menafsirkan) Tuhan mengetahui apa yang ada dalam rahim seorang perempuan, mengetahui nasibnya, mengetahui warna kulitnya, mengetahui rezekinya, mengetahui masa depannya, dan sebagainya," ujarnya.
"Jadi, penafsiran bisa berubah," imbuhnya.
Bumi Datar
Tak hanya membahas bagaimana Islam dan Al Quran memandang perkambangan iptek, video tersebut juga menampilkan bagaimana ayah dan anak tersebut berdiskusi mengenai bumi datar.
"Banyak yang masih berpendapat bahwa bumi datar dan tercantum dalam Al Quran. Bagaimana sesungguhnya penjelasanya?" tanya Najwa pada menit ke 2:21.
"Itu di dalam Al Quran dikatakan ada dua istilah. ada menciptakan dan ada menjadikan," jawab Quraish.
Lebih lanjut, Quraish menyebut bahwa keduanya dibedakan pada kata spesifik dalam Al Quran.
"Kalau di Al Quran spesifiknya kata khalaqah, artinya menciptakan. Tetapi kalau bumi dikatakan ja'alah, menjadikan," ujarnya.
"Bentuknya diciptakan bulat atau lonjong tapi dijadikan untuk manusia yang hidup di permukaan bumi ini terus datar," tegasnya.
Pria ini juga menjelaskan bahwa kemana pun kita pergi, selama masih berada di bumi, kita akan lihat bumi itu datar. Dengan kata lain, kita tidak akan melihat bumi itu bulat.
"Jadi, (kata) menjadikan untuk menjadi manfaat. Diambil manfaatnya," kata Quraish.
"(Contohnya) Allah berkata: Kami jadikan laut untuk ini. Untuk diambil manfaatnya. Tapi kalau Kami ciptakan itu berbeda dengan menjadikan," sambungnya.
Perbedaan kata yang digunakan dalam Al Quran tersebut dijadikan Quraish Shihab menjawab pertanyaan kesimpangsiuran pengunaan ayat yang selama ini dikutip untuk menegaskan bumi datar.
"Yang Al Quran sebut datar itu spesifik menjadikan, bukan menciptakan?" tanya Najwa.
"Itu dua hal yang berbeda. Di sinilah ketelitian Al Quran. Di sini digunakan menjadikan, di sini digunakan menciptakan," jawab Quraish.
Membayangkan Hidup di Bumi Datar
Jika selama ini kita terbiasa menjalani rutinitas di atas Bumi yang
bulat, pernahkah terbayang untuk hidup di planet yang berbentuk datar?
"Meskipun
manusia sempat mengira bahwa Bumi berbentuk datar dalam periode sejarah
yang panjang, kini hampir mustahil rasanya untuk mempercayai planet
yang kita huni tidak berbentuk bulat," kata Scharf.
"Saat sebuah objek bergerak ke tepian, maka akan terasa seperti mendaki bukit yang semakin terjal tiap langkahnya. Ketika sampai di ujung, maka bukit tersebut akan seperti tebing dengan sudut kemiringan 90 derajat," ucap Schraf.
Hal ini akan menimbulkan masalah besar di berbagai aspek, mulai dari olahraga, proses tumbuhnya tanaman, hingga kondisi laut.
"Jika kita sedang bermain sepak bola, misalnya. Saat bola dilempar ke udara, maka objek tersebut tidak jatuh dekat dengan posisi awalnya, melainkan akan melengkung ke arah pusat bidang datar," ujar Scharf.
Selain itu, penulis buku The Zoomable Universe ini juga mengatakan keanehan yang akan terjadi pada tumbuh kembang sebuah tanaman.
"Mengingat batang tanaman tumbuh berlawanan dengan gaya gravitasi (gravitropisme negatif), maka akan terdapat sebuah hutan berisi pohon-pohon yang tumbuh dengan sudut kemiringan sangat tajam saat posisinya semakin menjauhi pusat bidang datar," Schraf menuturkan.
Lalu, Schraf melanjutkan, efek 'gravitasi ganda' tersebut juga akan memengaruhi kondisi lautan. "Hidup di planet berbentuk datar akan terasa seperti di padang pasir. Hal ini disebabkan lautan kesulitan menjangkau tepian bidang, sehingga hanya menumpuk di titik tengah," katanya.
"Jadi, saat kalian melihat sebuah apel yang jatuh ke tanah, itu pertanda bahwa Bumi berbentuk bulat. Karena jika bentuknya datar, bisa jadi apek tersebut akan menimpa muka semua orang," pungkas Schraf.